Senin, 03 Maret 2014

TANGGUNG JAWAB SEORANG BIDAN


Tanggung Jawab Bidan
Sebagai tenaga profesional, bidan memikul tanggung jawab atas pelayanan yang di berikan dan berupaya secara optimal dengan mengutamakan keselamatan klien. Bidan harus dapat mempertahankan tanggung jawabnya bila terjadi gugatan terhadap tindakan yang di lakukannya.
·            Tanggung jawab terhadap perundang –undangan
§  Bidan adalah salah satu tenaga kesehatan, pengaturan tenaga kesehatan ditetapkan dalam UU dan peraturan pemerintah. Tugas dan kewenangan bidan serta ketentuan yang berkaitan dengan kegiatan praktik bidan diatur dalam peraturan atau keputusan menteri kesehatan. Kegiatan praktik bidan dikorak oleh peraturan tersebut. Bidan harus mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan yang dilakukannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
·            Tanggung jawab terhadap penyimpanan catatan kebidanan
§  Setiap bidan diharuskan mendokumentasikan kegiatannya dalambentuk catatan tertulis. Catatan bidan mengenai pasien yang dilayaninyadapat dipertanggungjawabkan bila terjadi gugatan. Catatan yang digunakanbidan dapat digunakan sebagai bahan laporan untuk disampaikan kepada atasannya. Di Indonesia belumada ketentuan lamanya menyimpan catatan bidan. Di Inggris bidan harus menyimpan catatan kegiatannya selama 25 tahun.
·            Tanggung jawab terhadap pengembangan kompetensi.
§  Setiap bidan memiliki tanggung jawab memelihara kemampuan profesinya. Oleh karena itu, bidan harus selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannyadengan mengikuti pelatihan, pendididkan kelanjutan, seminar serta pertemuan ilmiah lainnya.
·            Tanggung jawab terhadap keluarga yang dilayani.
§  Bidan memiliki kewajiban memberi asuhan kebidanan kepada ibu dan anak yang meminta pertolongan kepadanya. Oleh karena itu, kegiatan bidan sangat erat kaitannya dengan keluarga. Tanggung jawab bidan tidak hanya kepada ibu dan anak, tetapai juga menyangkut kesehatan keluarga. Bidan harus dapat mengidentifikasi masalah dan kebutuhan serta memberi pelayanan dengan tepat dan sesuai dengan kebutuhan keluarga. Pelayanan terhadap kesehatan keluarga merupakan kondisiyang diperlukan ibu yang membutuhkan keselamatan, kepuasan dan kebahagiaan selama masa hamil tau melahirkan.
·            Tanggung jawab terhadap profesi.
§  Bidan harus menerima tanggung jawab keprofesian yang dimilikinya. Oleh karena itu, ia harus mematuhi dan berperan aktif dalam melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan kewenangan dan standart keprofesian.
·            Tanggung jawab terhadap masyarakat.
§  Bidan adalah anggota masyarakat yang bertanggung jawab . oleh karena itu, bidan turut bertanggung jawab dalam memecahkanmasalah kesehatan masyarakat. Misalnya lingkungan yang tidak sehat, penyakitmenular, masalah gizi terutama yang menyangkut keehatan ibu dan anak. Bidan harus memelihara  kepercayaan masyarakat. Tanggung jawab  terhadap masyarakat merupakan cakupan dan bagian tanggung jawabnya kepada Tuhan.

Minggu, 02 Maret 2014

makalah KDPK : pencegahan infeksi




 
BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit, jika mikroorganisme gagal menyebabkan cidera yang serius terhadap sel atau jaringan. Penyakit timbul jika patogen berbiak dan menyebabkan perubahan pada jaringan normal. Penyakit infeksi dapat ditularkan baik langsung dari satu orang ke orang lain, penyakit ini merupakan penyakit menular atau contagius.
Tindakan pencegahan infeksi (PI) tidak terpisah dari komponen-komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan, dan tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi infeksi karena bakteri, virus, dan jamur. Dilakukan pula untuk mengurangi risiko penularan penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini belum ditemukan dengan cara pengobatannya, seperti misalnya HIV/AIDS.
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial.
Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya.
1.2     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dan pencegahan infeksi ?
2.      Apa saja tindakan pencegahan ?
3.      Bagaimana perlindungan infeksi dikalangan petugas ?
4.      Apa pencegahan dan penanganan infeksi nosokomial pada ibu hamil yang dilakukan oleh bidan ?
1.3     Tujuan
Mengetahui:
1.      Pengertian dan tujuan pencegahan infeksi.
2.      Cara penularan mikroorganisme.
3.      Faktor-faktor yang mempengaruhi proses infeksi.
4.      Infeksi nosokomial.
5.      Tindakan pencegahan infeksi.
6.      Perlindungan dari infeksi dikalangan petugas.
7.      Pencegahan dan penanganan infeksi nosokomial pada ibu hamil oleh bidan.
1.4     Manfaat
Agar mahasiswa dapat mencegah dan meminimalisir terjadinya infeksi dan infeksi nosokomial pada klien.   












BAB II
PEMBAHASAN

2.1   Pengertian dan Tujuan Pencegahan Infeksi
Pencegahan infeksi merupakan bagian esensial dari asuhan lengkap yang yang di berikan kepada klien untuk melindungi petugas kesehatan itu sendiri.
Tujuan pencegahan infeksi :
·           Melindungi klien dan petugas pelayanan KB dari akibat tertularnya penyakit infeksi
·           Mencegah infeksi silang dalam prosedur KB, terutama pada pelayanan krontrasepsi metode AKDR, suntik,  susuk, dan krontrasepsi mantap.
·           Menurunkan resiko tranmisi penyakit menular, seperti Hepatitis B dan HIV AIDS, baik bagi klien maupun bagi petugas fasilitas kesehatan.
2.2   Cara Penularan Mikroorganisme
Proses penyebaran mikroorganisme ke dalam tubuh , baik pada manusia maupun hewan, dapat melalui berbagai cara, di antaranya:
1.             Kontak tubuh , penyebaran secara langsung melalui sentuhan dengan kulit,sedang secara tidak langsung dapat melalui benda yang terkontaminasi.
2.             Makanan dan minuman, tersebar melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi seperti pada penyakit tifus abdominalis, penyakit infeksi cacing dan lain-lain.
3.             Serangga, contohnya penyebaran penyakit malaria oleh plasmodium pada nyamuk anopheles dan beberapa penyakit saluran pencernaan yang dapat di tularkan oleh lalat.
4.             Udara, proses penyebarab kuman melalui udara dapat di jumpai pada penyebaran penyakit sistem pernafasan.
2.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Proses Infeksi
1.             Sumber penyakit, sumber penyakit dapat memengaruhi apakah infeksi  berjalan cepat dan lambat.
2.             Kuman penyebab, dapat menentukan jumlah mikroorganisme, kemampuan mikroorganisme, masuk ke dalam tubuh dan virulensianya.
3.             Cara membebaskan sumber dari kuman , ini dapat menentukan apakah proses infeksi cepat teratasi atau di perlambat seperti tingkat keasaman (Ph), suhu, penyinaran (cahaya), dan lain-lain.
4.             Cara penularan , dengan cara kontak langsung.
5.             Cara masuknya kuman, proses penyebaran kuman berbeda bergantung pada sifatnya.
6.        Daya tahan tubuh, daya tahan tubuh yang baik dapat menyebabkan memperlambat proses infeksi atau mempercepat proses penyembuhan.
2.4    Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial adalah infeksi  yang terjadi di rumah sakit atau dalam system pelayanan kesehatan yang berasal dari proses penyebaran di sumber pelayanan kesehatan, baik melalui pasien, petugas kesehatan, pengunjung, maupun sumber lain. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial antara lain :
·                Kuman penyakit  (jumlah dan jenis kuman, lama kontak dan virulensi)
·                Sumber infeksi
·                Perantara atau pembawa kuman,
·                Tempat masuk kuman pada hospes baru,
·                Daya tahan tubuh hospes baru,
·                Keadaan rumah sakit meliputi;
·                Prosedur kerja, alat, hygene, kebersihan, jumlah pasien dan konstruksi rumah sakit,
·                Pemakaian antibiotik yang irasional,
·                Pemakaian obat seperti imunosupresi, kortikosteroid, dan sitostatika, tindakan invasif dan instrumentasi,
·                Berat penyakit yang diderita.
2.5    Tindakan Pencegahan Infeksi
Beberapa tindakan pencegahan infeksi yang dapat di lakukan adalah
1.      Aseptik yaitu tindakan yang di lakukan dalam pelayanan kesehatan.
2.      Antiseptik yaitu upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya.
3.      Dekontaminasi, tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat ditangani oleh petugas kesehatan secara aman, terutama petugas pembersihan medis sebelum pencucian dilakukan.
4.      Pencucian yaitu tindakan menghilangkan semua darah, cairan tubuh, atau setiap benda asing seperti debu dan kotoran .
5.      Desinfeksi yaitu tindakan pada benda mati dengan menghilangkan tindakan pada benda mati dengan menghilangkan sebagian besar (tidak semua) mikroorganisme penyabab penyakit.
6.      Sterilisasi yaitu tindakan untuk menghilangngkan semua mikroorganisme (bakteri,jamur,parasit,dan virus) termasuk bakteri endospora.


2.6       Perlindungan dari Infeksi Dikalangan Petugas
          Kunci pencegahan infeksi pada fasilitas pelayanan kesehatan adalah mengikuti prinsip pemeliharaan hygene yang baik, kebersihan dan kesterilan dengan lima standar penerapan yaitu :
1.         Mencuci tangan untuk menghindari infeksi silang.
2.         Menggunakan alat pelindung diri untuk menghindari kontak dengan darah atau cairan tubuh lain. Alat pelindung diri meliputi; pakaian khusus (apron), masker, sarung tangan, topi, pelindung mata dan hidung yang digunakan di rumah sakit dan bertujuan untuk mencegah penularan berbagai jenis mikroorganisme dari pasien ke tenaga kesehatan atau sebaliknya, misalnya melaui sel darah, cairan tubuh, terhirup, tertelan dan lain-lain.
3.         Manajemen alat tajam secara benar untuk menghindari resiko penularan penyakit melalui benda-benda tajam yang tercemar oleh produk darah pasien.
4.         Melakukan dekontaminasi, pencucian dan sterilisasi instrumen dengan prinsip yang benar.

http://3.bp.blogspot.com/-wgX4KcUg9xE/UHfkI7tArQI/AAAAAAAABK4/6Veqk0OOhaM/s1600/inos.jpg


2.7   Pencegahan dan Penanganan Infeksi Nosokomial pada Ibu Hamil
Sebagian besar infeksi ini dapat dicegah dengan strategi yang telah tersedia secara relatif murah,  yaitu :
1.      Menaati praktik pencegahan infeksi yang dianjurkan, terutama kebersihan dan kesehatan tangan serta pemakaian sarung tangan.
2.      Memperhatikan dengan seksama proses yang telah terbukti bermanfaat untuk dekontaminasii dan pencucian peralatan dan benda lain yang kotor, diikuti dengan sterilisasi dan desinfeksi tingkat tinggi.
3.      Meningkatkan keamanan dalam ruang operasi dan area beresiko tinggi lainnya di mana kecelakaan perlukaan yang sangat serius dan paparan pada agen penyebab infeksi sering terjadi.
BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
·         Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit, jika mikroorganisme gagal menyebabkan cidera yang serius terhadap sel atau jaringan.
·         Faktor- faktor yang menyebabkan perkembangan infeksi nosokomial tergantung dari agen yang menginfeksi, respon dan toleransi tubuh, faktor lingkungan, resistensi antibiotika, dan faktor alat.
3.2  Saran
·     Sterilkan alat dengan benar sesuai dengan prosedur.
·      Jagalah alat dari kontaminasi lingkungan sekitar.
·      Tangani dengan benar limbah rumah sakit.








DAFTAR PUSTAKA

1.      Potter, P.A, Perry, A.G.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,Proses, dan Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : RenataKomalasari,dkk.Jakarta:EGC.2005
2.      Potter, P.A, Perry, A.G.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,Proses, Dan Praktik.Edisi 4.Volume 1.Alih Bahasa : Yasmin Asih, dkk.Jakarta : EGC.2005
3.      Linda Tietjen, dkk. 2004. Panduan Pencegahan Infeksi. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
4.      Abdul Bari Saifudin. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
5.      Sarwono Prawirohardjo. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo